![]() |
Stadion Gelora Manahan / Foto : Kompas |
Kebijakan Pemerintah (Pemkot)
Solo membubarkan Sunday Market Manahan selamanya per 9 September 2018 membuat
warga kecewa. Warga menilai kebijakan Pemkot itu tidak pro rakyat.
Seorang warga Kelurahan
Nusukan, Banjarsari, Ari Anto, 43, berharap Pemkot tidak membubarkan Sunday
Market di Gelora Manahan. Sunday Market telah menjadi tempat andalan bagi
dirinya untuk menghabiskan waktu libur dengan keluarga.
Ari menyebut Sunday Market
merupakan tempat wiata belanja yang cocok bagi masyarakat menengah ke bawah.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan Sunday Market juga dinikmati masyarakat
menengah ke atas.
Saat berbincang dengan
Solopos.com di Gelora Manahan, Minggu (2/9/2018), Ari menganggap keberadaan PKL
Sunday Market tidak mengganggu aktivitas warga yang ingin berolahraga di Gelora
Manahan. Dia yakin kebanyakan warga sudah menyadari akan keberadaan PKL Sunday
Market sehingga siapa saja yang ingin berolahraga bisa menyesuaikan diri dan
memilih tempat yang masih longgar di Gelora Manahan.
Warga Desa Cemani, Grogol,
Sukoharjo, Arinsa Sekar Rini, 20, juga kecewa pembubaran Sunday Market di
Gelora Manahan. Arinsa pun kurang sepakat jika PKL Sunday Market pindah
berjualan ke area car free day (CFD). Hal itu bakal membuat jumlah PKL di area
CFD membeludak.
Sementara itu, Pengurus
Serikat Pedagang Minggu Pagi Manahan (SPMPM) menyiapkan agenda demo
besar-besaran yang diikuti ribuan pedagang kaki lima (PKL) menyikapi pembubaran
Sunday Market Manahan Solo selamanya.
Ketua SPMPM, Joko Santoso
alias Yuli de Santos, kecewa dengan keputusan Pemkot Solo membubarkan kegiatan
Sunday Market selamanya mulai 9 September.
Yuli menilai alasan Pemkot
membubarkan Sunday Market tak jelas. Menurut dia, alasan pembubaran Sunday
Market seperti disampaikan Sekretaris Dispora Solo Radik Karyanto dengan alasan
yang diungkapkan Wali Kota Solo di media massa berbeda.
Yuli menceritakan dalam rapat
Radik menyebut Pemkot akan membubarkan Sunday Market karena menyalahi rencana
tata ruang dan wilayah (RTRW), di mana Gelora Manahan bukan untuk kegiatan
ekonomi tapi olahraga dan ruang publik.
Sementara Wali Kota di media
massa menyatakan akan meliburkan Sunday Market demi keselamatan saat pengerjaan
proyek renovasi dan pengambangan Stadion Manahan.
Kedua alasan tersebut tidak
bisa mereka terima. Pasalnya, keberadaan Sunday Market bahkan ada karena Pemkot
yang saat itu dipimpin Pak Jokowi memasukkan PKL ke dalam kompleks Gelora
Manahan. Jika hal ini menyalahi, ia mempertanyakan mengapa tidak membubarkan
semenjak dulu.
Pendengar, apa komentar anda?
Setujukah Sunday market bubar selamanya dengan alasan Manahan harus steril dari
PKL? Kira-kira apa solusi anda?
Tidak ada komentar: