![]() |
Pekerja tertidur diantara tumpukan karung beras di gudang beras Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (30/8/2018). | Yulius Satria Wijaya /Antara Foto |
Pemerintah ‘kekeuh’ harus
impor beras karena menilai bahwa stok yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Berbeda dengan para menteri
dan pihak Istana, Budi Waseso atau Buwas sebagai Direktur Utama Bulog justru berkeyakinan
Indonesia tidak membutuhkan impor beras sampai tahun depan.
Saat acara konferensi pers di
Kantor Pusat Bulog Jakarta, Rabu lalu (19/9/208), Buwas berkeyakinan seperti
itu karena cadangan beras Bulog bisa capai 3 juta ton hingga akhir 2018.
Sementara hingga saat ini, cadangan beras Bulog capai 2,4 juta ton.
Dia mengatakan, tim tersebut
melibatkan berbagai ahli lintas bidang seperti dari Bulog, pertanian,
perekonomian, kepolisian hingga BIN. Hingga Agustus 2018 Bulog sudah mengimpor
beras sebanyak 1,4 juta ton.
Menurut Buwas, beras impor
tersebut tidak terserap ke pedagang-pedagang lantaran rendahnya permintaan. Ia
juga mempermasalahkan pihaknya yang harus menyewa gudang milik institusi negara
lain untuk menyimpan stok beras yang melimpah. Buwas pun mengaku bingung dengan
Mendag Enggar yang menyatakan bahwa persoalan gudang ini bukan urusan
pemerintah.
Kisruh para pembantu Jokowi
ini mencuat ke public. Banyak yang menilai ini adalah miskomunikasi biasa.
Namun ada pula yang melihat ini adalah ketidakseragaman pemerintah dalam membuat keputusan.
Lantas, apa yang membuat
pemerintah ngotot impor beras? Mengapa pula data antar kementerian dan lembaga
terpait tak pernah padu? Jika stok beras mencukupi, untuk siapa impor beras ini?
Narasumber :
Said
Didu
Stafsus Men ESDM 2014-2016
Mantan Sekretaris Jenderal
Kementerian BUMN
Tidak ada komentar: