![]() |
Sunday Market Manahan Solo. Foto : Istimewa |
Pemerintah Kota
(Pemkot) Solo mengisyaratkan Sunday Market Manahan bakal dibubarkan selamanya. Hal itu tampak
dari pernyataan Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo yang belum memikirkan nasib
ribuan pedagang kaki lima (PKL) Sunday Market seusai Stadion Manahan
direnovasi.
Rudy menegaskan
selama pelaksanaan renovasi Stadion Manahan berlangsung harus steril dari
aktivitas pedagang yang menggelar dagangan setiap Minggu pagi di kawasan
tersebut.
Setidaknya ada dua
alasan muncul dari sikap Pemkot, yaitu tak adanya lahan di Kota Bengawan yang
mampu menampung jumlah PKL Sunday Market yang mencapai ribuan orang. Juga soal
identitas para PKL yang menurut Wali Kota mayoritas bukanlah ‘wong’ Solo.
Sesuai rencana
renovasi Stadion Manahan akan disulap
seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno mini sesuai mandatori FIFA. Sehingga,
stadion diharapkan steril dari aktifitas pedagang kaki lima.
Sunday Market di
Stadion Manahan memang keberadaanya tidak pernah tetap dan selalu dinamis.
Berbagai kebijakan pernah dilakukan oleh Rudy selama menjabat sebagai Wali
Kota. Kebijakan bongkar-pasang PKL diterapkan karena dinilai keberadaannya
mengganggu kegiatan berolahraga.
Sikap Pemkot
masalah PKL ini tidak tepat dan tak berpihak kepada rakyat kecil yang
menggantungkan ekonominya pada aktifitas pasar Ahad pagi di Stadion Manahan.
Jika alasannya
adalah soal identitas pedagang PKL yang kebanyakan bukan orang Solo, hal ini
bukanlah alasan yang tepat. Sebab berdasar data dari Serikat Pedagang Minggu
Pagi Manahan (SPMPM) yang mewadai PKL Sunday Market, 70% dari sekitar 1.300 PKL
merupakan warga Solo. Sedangkan lainnya warga luar daerah di Soloraya.
Mayoritas pedagang
ini secara ekonomi menengah ke bawah dan sangat menggantungkan momen Sunday
Market sebagai lahan untuk berjualan. Lagi, Sunday Market ini memunculkan
berbagai efek domino yang menguntungkan, mulai dari pedagang, pembeli yang
mendapatkan barang terjangkau, jasa perparkiran, hingga pemasukan bagi Pemkot
dari retribusi yang ditarik dari PKL.
Seharusnya, Pemkot
memikirkan kembali nasib wong cilik ini. Jika dengan pengusaha capital apapun
bisa dilakukan, masak iya Solo hanya persoalan lahan terbatas Sunday Market ini
akan dibubarkan.
Bagaimana nasib
anak-anak dari PKL ini? Bagaimana jika kegiatan ekonomi diberhentikan, bukankah akan
menimbulkan problem social di kemudian hari seperti pengangguran, kemiskinan
dan seterusnya? Harusnya sampai di sini pemikiran Pemkot.
Dengan tidak membubarkan
kegiatan Sunday Market, Pemkot setidaknya telah melaksanakan tugas negara dalam
wujud membantu atau menjamin kesejahteraan rakyat kecil.
Wallahu a’lam bish
showwab
Tidak ada komentar: