Puisi 'Ibu Indonesia'
karya Sukmawati Soekarnoputri yang
di dalamnya menyinggung mengenai azan dituding menyinggung SARA.
Puisi yang disoal itu dibacakan Sukmawati dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018. Sukmawati diberi kesempatan maju ke panggung dan membacakan Puisi 'Ibu Indonesia' karyanya sendiri.
Ketika dikonfirmasi, Senin
(2/4/2018), Sukmawati mengatakan apa yang dia sampaikan di puisi itu merupakan
pendapatnya secara jujur. Di dalam puisi itu, ia mengaku mengarang
cerita. Menurutnya ia tidak sedang SARA, namun ia menyelami bagaimana pikiran
dari rakyat di beberapa daerah yang memang tidak mengerti syariat Islam seperti
di Indonesia Timur, di Bali dan daerah lain.
Adapun mengenai pembanding-bandingan azan dengan kidung Ibu
Indonesia. Menurutnya, sebagai budayawati ia merasa lebih merdu suara kidung
yang disenandungkan oelh para Ibu, sebab suara adzan yang didengarnya
seringkali dikumandangkan oleh muadzin bersuara tak merdu.
Berikut puisi Putri Proklamator Indonesia, Sukmawati Soekarnoputri, lewat puisinya ini, ia dinilai telah menyinggung tiga hal yang sensitif yaitu, cadar, adzan serta syari’at Islam.
Berikut puisi Putri Proklamator Indonesia, Sukmawati Soekarnoputri, lewat puisinya ini, ia dinilai telah menyinggung tiga hal yang sensitif yaitu, cadar, adzan serta syari’at Islam.
“Ibu Indonesia”
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Ilahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan
hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.”*
Komentar anda?
Narasumber :
KH. Tengku
Zulkarnain (Wasekjen MUI Pusat)
Tidak ada komentar: