Jelang Pemilihan Presiden
(Pilpres 2019), sejumlah gerakan 'Dua Periode' untuk memenangkan Joko Widodo
gencar dilakukan sejumlah pihak. Baik di sosial media atau kampanye para
politikus partai politik yang mendukung Jokowi. Namun, seperti layaknya
kompetisi, muncul pula gerakan untuk menyaingi. Salah satunya gerakan
#2019GantiPresiden yang tengah viral di media sosial.
Gerakan ini adalah antitesa
dari ‘Dua Periode’ yang tetap
mempertahanan Jokowi sebagai presiden untuk kedua kalinya. Sedang 2019 ganti
presiden, meski belum diketahui siapakah sosok capres yang dideklarasikan,
namun mereka yang menginginkan profil selain Jokowi sebagai presiden di 2019.
Gerakan yang berawal dari
grup whatsapp ibu-ibu ini menjadi viral dan berkembang secara nasional. Bahkan
belakangan muncul merchant seperti gelang dan kaos bertulisan slogan tersebut.
Tak dinyana, seorang Presiden
aktif yang sedang menjabat ikut berkomentar perihal itu. Di hadapan ribuan
pendukungnya, ia berseloroh masak iya kaos bisa mengganti presiden. Menurutnya
yang bisa menggantinya adalah rakyat yang berkehendak, kehendak Tuhan adalah
yang kedua.
Hal ini membuktikan,
kepanikan dan kekhawatiran. Bagaimana tidak? Sebagai Presiden aktif,
pernyataannya tak terstruktur dan terkonsep, apa untungnya ia bicara soal
dukung mendukung? Bukankah hal yang wajar ada pergantian pemimpin setiap 5
tahun sekali?
Dalam kehidupan berdemokrasi,
terutama di Indonesia, jargon-jargon politik seperti itu sah untuk dimunculkan.
Hal itu, jadi bagian dari langkah membangun sistem rekrutmen pemilihan yang
terbuka.
Namun, misalnya, bagaimana
jika nama gerakannya diganti jadi #2019PresidenBaru. Terdengar nadanya lebih
positif secara emosi, ketimbang #2019GantiPresiden. Jika ingin mendekati
pemilih secara emosional, maka haruslah diciptakan perasaan positif. Ini juga
tidak terlalu ofensif dan bisa mengurangi rasa takut dari pihak lawan sehingga
mereka tidak terpacu untuk belajar bertahan.
Lalu, dengan nama gerakan
#2019PresidenBaru, kubu oposisi sudah move on dari Jokowi dan fokus menjual
kandidat presiden baru kepada masyarakat. Siapa calon presiden barunya?
Bagaimana visi misi dan programnya? Nama-nama baru terus diangkat dan dijual.
Dengan sendirinya nama Jokowi akan terpental dari ruang diskusi utama.
Wallahu a’lam bish showwab
Tidak ada komentar: