Dua bulan memasuki tahun 2018, Indonesia dibanjiri narkoba, berton-ton narkoba jenis sabu dan turunannya, ekstasi dan variannya, pil happy five serta jenis lain yang terus berevolusi sebagian berhasil ditahan dan diamankan aparat.
Peredaran dan penyalahgunaan
narkoba sudah masuk bencana nasional dan diumpamakan seperti ancaman bencana
tsunami yang mampu memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan berbangsa.
Hal itu bukan hanya akibat
tingginya permintaan atau derasnya pasokan masuk namun ditunjang keterlibatan
aparat.
Kita patut prihatin dan marah
dan benci atas kondisi ini, dan itu harus. Sikap minimal sebagai masyarakat,
sebagai umat Islam yang melihat kemungkaran yang begitu luar biasa.
Menurut Prof. Musni Umar,
Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, ia menyebut dua hal tentang isu narkoba ini, pertama, motif utama masuknya berton-ton narkoba di Indonesia pasti ekonomi, karena harga 1 gram sabu sekitar Rp
200.000. Kalau jenis blue sky lebih
mahal lagi 1 gram nya Rp 500.000. Satu ton sama dengan 1000 kg. Kalau 1 kg sama
dengan 1000 gram.
Jika satu ton narkoba lolos
masuk ke Indonesia, dan dijual seharga 1
gram shabu-shabu Rp200.000, maka bandar narkoba bisa meraup uang Rp200
triliun. Ini baru 1 ton bagaimana kalau
1,5 ton, 2 ton, 3 ton dan seterusnya.
Suatu jumlah uang yang luar
biasa besar. Uang sebesar itu bisa disebar ke berbagai pihak termasuk dana
politik dalam pemilu dengan imbalan para
bandar tidak diapa-apakan. Dan kita sering melihat fakta ini.
Setiap hari banyak pemakai
yang terciduk menggunakan narkoba, tapi seringkah kita melihat di media ada bandar
dan gembong yang dieksekusi? Ada, namun 1001 alias jarang sekali karena kuatnya
posisi mereka.
Kedua, motif masuknya narkoba
di Indonesia bisa seperti perang candu, perang opium tahun 1839-1842 dan tahun 1856-1860, yang
menyebabkan China takluk dan kalah dari Britania Raya (Inggris).
Sudah menjadi pengetahuan
kita bahwa zaman kini untuk menghancurkan suatu bangsa tidak mesti dengan
perang konvensional – mengerahkan persenjataan modern seperti yang terjadi
dalam perang di berbagai negara, tetapi
suatu negara bisa dihancurkan dari dalam seperti yang terjadi di Uni
Soviet.
Indonesia kini menghadapi
upaya penghancuran secara sistematis karena manusia Indonesia mau dihancurkan
melalui penyebaran narkoba yang berton-ton jumlahnya ke Indonesia yang menurut
Budi Waseso, Mantan Kepala BNN
dikendalikan oleh 72 sindikat internasional.
Inilah fakta yang harus kita
sadari bersama, masihkah kita berpangku tangan dan terdiam atas kemungkaran
ini? Atau justru sibuk sesama umat Islam saling cakar-mencakar satu sama
lainnya, sedang musuh setiap harinya bekerja dengan giat untuk menghancurkan
umat dan bangsa ini secara perlahan melalui narkoba.
Mari bangkit dari tidur
panjang kita.
Wallahu a’lam bish showwab
Tidak ada komentar: