Hari
ini, 9 Februari bertepatan dengan Hari Pers Nasional. Masih banyak problem pada
pers sendiri yang terus disoroti, walau tak sedikit yang bersyukur atas
kemajuan pers pasca reformasi, dengan segala keterbukaan dan kebebasannya.
Namun kritik serta harapan dari masyarakat terhadap kemajuan pers terus
disuarakan.
Salah
satu yang disoroti adalah ketika media utama yang dikonsumi masyarakat dikuasai
tokoh politik. Tak hanya pemilik modal yang kini menguasai media. Tokoh-tokoh
yang berkiprah dalam bidang politik turut latah untuk menjadi pemilik media,
terutama media nasional.
Terkadang
wartawannya tidak berani melawan kekuasaan politik ini. Tak jarang wartawan
berbohong dengan menulis partai A kampanye didatangi hanya 500 orang namun
ditulis 5.000 orang.
Sama
seperti saat aksi 212 terjadi, dalam editorialnya sebuah stasiun televise swasta
berani menyebut aksi 212 sebagi aksi intoleran, Hal ini seharusnya masuk
pelanggaran berat dan pidana, namun pada akhirnya Komisi Penyiaran Indonesia
tak bisa melakukan tindakan apapun karena kedekatan stasiun tersebut dengan
pemerintah saat ini.
Dalam
dunia pers, harusnya tak ada tawar-menawar pemberitaan. Ada batas toleransi di
mana pemilik media mengendalikan pemberitaannya. Kebebasan pers yang
bertanggung jawab. Pada dasarnya pemilik media tak boleh mengganggu newsroom, namun hal itu sulit karena
yang terjadi adalah pemilik mengendalikan mana berita yang boleh atau tidak
untuk ditampilkan.
Inilah
dilema pers saat ini. Idealisme, prinsip, kejujuran terganjal oleh pemilik
media dengan berbagai kepentingannya.
Tak
dipungkiri, pers menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang negeri
ini. Mulai era perjuangan revolusi, pers menjelma menjadi sarana propaganda
kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan, pers muncul sebagai pembela
kepentingan rakyat. Di dalamnya, termasuk pers Islam yang mengadvokasi isu-isu
keumatan.
Semoga
selalu muncul pers Islam dan media Islam yang praktiknya selalu berpegang teguh
pada kode etik jurnalistik dan nilai Islam.
Wallahu
a’lam bish showwab
Tidak ada komentar: