Pendengar,
antusiasme masyarakat khususnya umat Islam akan pentingnya kemandiran ekonomi
pasca 212 semakin menggeliat. Salah satu tandanya adalah umat berbondong-bondong
secara swadaya mendirikan minimarket yang nenyediakan berbagai kebutuhan
layaknya toko retail pada umumnya.
Hingga
saat ini sudah berdiri puluhan gerai mart baik itu 212 Mart, Kita Mart, Gentan Mart,
BDS Mart dan lain sebagainya. Walau memang, keberadaannya baru tersebar di kawasan
Jabodetabek dan Jawa Barat serta beberapa di Jawa Tengah, namun upaya untuk
didirikan di daerah lain terus dilakukan.
Suka
atau tidak bisnis retail muslim masih belum banyak dilirik, selain kendala modal
dan pemasaran yang kurang, ada semacam penyakit yang masih mendera, yakni krisis
kepercayaan diri.
Namun,
jika kita melihat grafik dan prospeknya, keberadaan bisnis dari muslim ke
muslim ini sangat dinantikan banyak pihak. Selain jaminan produk yang baik dan
halal, harga yang bersaing menjadi pilihan tersendiri untuk mau berbelanja.
Hal
inilah yang sejatinya harus terus kita pupuk dan berdayakan. Ekonomi berbasis
masjid dan komunitas muslim. Untuk mendukung dan memperkenalkan produk yang tak
kalah baik dan berkualitas.
Permasalahannya
bukan semata bisnis, namun ada keberpihakan ekonomi di sini. Bahwa produk yang
kita konsumsi serta edarkan dari muslim tersebut mungkin masih kalah jauh dibanding
hasil perusahaan kapitalis besar, namun jika kita membeli dan mendukungnya,
siapa yang diuntungkan di sini?
Tidak
lain ya orang-orang kita sendiri.
Tapi,
jika anda belanjakan kepada kapitalis maka siapa yang anda untungkan jika bukan
orang-orang mereka sendiri.
2017
telah usai, kini 2018 datang menyapa. Mari kita songsong kebangkitan ekonomi
umat di 2018.
Wallahu
a'lam bish showwab
Tidak ada komentar: