Polisi
punya frame tentang Islam yang dipelajari dari barat pasca 911. Intinya mereka menganggap,
narasi tentang akhir zaman seperti sering diceramahi beberapa ustadz adalah
narasi terorisme.
Mereka
harus diberitahu kesalahannya. Kasihan POLRI salah paham narasi Islamophobia.
Gini
cara berpikir narasi Islamophobia, bahwa karena agama memprediksi akhir zaman, maka
akan menyebabkan banyak orang ingin mati cepat dan masuk surga langsung. Apalagi
kalau sudah membahas “Keberkahan Bumi Syams” seperti disebut banyak nash, maka
itu langsung dianggap ISIS.
Harusnya
polisi banyak belajar kepada ulama yang ikhlas, tapi jangan takut dicuci otak, lagipula
yang aneh di POLRI kita banyak ahli terorisme gak paham agama Islam, akhirnya
lihat kulit tanpa mengenal isi, berantakan jadinya.
Ayolah
bangsaku jangan menyerah. Agama itu luas. Mungkin juga ada ustadz yang paham
sedikit langsung bicara.
Maka
tugas negara bukan mentersangkakan orang, tapi memfasilitasi perdebatan biar
yang paham sedikit jadi paham banyak, dan yang dangkal jadi mendalam. Gitu
caranya!
Makanya,
aturlah dan fasilitasilah pembelajaran yang massif tentang agama. Bukan malah
gelagapan ingin mengontrol setiap obrolan. Selain itu mustahil, itu bukan tugas
negara dan bisa melanggar HAM. Hati-hatilah melibatkan diri dalam hal yang
pintu keluarnya tidak diketahui.
Orang
bicara apa saja boleh kok, termasuk LGBT dan Komunisme yang bertentangan dengan
pondasi negara.
Kok
orang ngomong narasi akhir zaman aja gak boleh. Hati-hatilah memakai hukum
pidana. Ia adalah ultimum remedium. Jangan sembarangan.
Kadang,
negara kelihatan seperti sedang menyelesaikan masalah tapi sesungguhnya sedang
bikin masalah.
Wallahualam.
Dari
Twitter Fahri Hamzah (Wakil Ketua DPR RI)
Tidak ada komentar: