Pendengar, nama
Garda 212 tiba-tiba muncul dalam kancah perpolitikan nasional di tengah
gelombang serangan La Nyalla Mattalitti kepada Prabowo Subianto. Garda 212,
yang pimpinannya merupakan alumni aksi 212, juga muncul di saat pentas pilkada
serentak sudah berjalan dan proses pilpres akan dimulai.
Ketua Umum DPP Garda 212, Ustaz Ansufri Idrus Sambo, mengungkapkan Garda 212 ini memang baru dideklarasikan, yakni pada Sabtu (13/1). Awal pembentukannya, kata Sambo, banyak alumni 212 ini yang geram dengan pernyataan mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla akibat gagal maju pada Pilgub Jatim 2018.
Lebih jauhnya, Sambo menjelaskan Garda 212 memiliki tujuan-tujuan politik juga. Garda 212 ini akan menjembatani para alumni 212 yang ingin berkecimpung dalam dunia politik praktis.
Ada proses internal Garda 212 sebelum mengajukan calon-calon ini ke beberapa partai yang selama ini memiliki hubungan erat dengan alumni 212. Partai-partai itu antara lain PKS, PAN, Gerindra, dan PBB.
Para calon akan diseleksi, disaring, dan baru diajukan. Garda 212 akan memperhitungkan kapasitas, integritas, dan elektabilitas para calon ini. Dengan begini alumni 212 bisa memiliki kendaraan politik untuk dapat membela kepentingan umat yang lebih luas.
Namun, Presidium
Alumni 212 membantah gerakan ini. Humas Presidium Alumni (PA) 212, Novel
Bamukmin, saat dihubungi detikcom, Sabtu (13/1/2018) malam. Novel tidak mau apa
yang dilakukan oleh Idrus Sambo dikaitkan dengan PA 212.
Sementara itu, terkait
Pilkada setentak 2018, PA 212 menyarankan agar koalisi Partai Gerindra, PKS,
PAN, dan PBB berjalan beriringan. Dia juga membantah ada nama calon yang
diajukan oleh PA 212 dalam perhelatan Pilkada 2018.
Selain itu, untuk
memastikan langkah di Pilkada serentak 2018, PA 212 akan menggelar Musyawarah
Kerja Nasional (Mukernas) di akhir Januari 2018. Setelah itu, akan diketahui
posisi dari PA 212.
Beragam pertanyaan
publik muncul atas kelahiran Garda 212 ini: apakah karena terkait pengakuan La
Nyalla yang diminta uang mahar politik Rp 40 miliar oleh Prabowo, atau ada
tujuan politik lainnya?
Pendengar,
bagaimana tanggapan anda terkait munculnya Garda 212 ini? Apakah anda setuju
jika 212 terlibat langsung dalam politik praktis? Ataukah tidak setuju? Seperti
apa langkah yang tepat saat membawa nama 212 dalam perpolitikan ke depan?
Tidak ada komentar: