Ketidakjelasan
aturan hatespeech kembali memakan
korban. Sederet ulama dan tokoh Islam terkena delik ini disebabkan pernyataannya.
Membuat panas kuping dan telinga orang yang tak suka. Da’i yang dikenal ceramah
akhir zaman, Ustadz Zulkifli M Ali dijadikan tersangka, meski kemarin telah
dibebaskan karena tidak terbukti.
Namun
namanya kadung terseret. Kepolisian pun juga tak menjelaskan lebih lanjut.
Aturan
hate speech juga seharusnya diperjelas lagi, agar tidak menimbulkan masalah. Manakala
salah satu kelompok menyuarakan pendapatnya, ia dikriminalisasi oleh
pemerintah. Sedangkan ketika ada pihak yang lebih berkuasa melakukan hal yang
sama, ia tidak ditindak. Ini kan kacau sekali, maka diperlukan restorasi.
Media
juga seringkali mengkompori hal ini, terlihat di kolom komentar orang yang
tidak mengenal sang ustadz menjadi liar. Komentar “ustadz gadungan, ustadz
peramal” muncul tak bertanggungjawab. Ini juga karena ulah media yang memilih
rating berita daripada kebenaran konten.
Polisi
memiliki frame tentang Islam yang dipelajari dari barat pasca 911. Intinya beranggapan,
narasi tentang akhir zaman seperti sering diceramahi beberapa ustadz adalah
narasi terorisme.
Jangan
karena kalau sudah membahas “Keberkahan Bumi Syams” seperti disebut banyak
nash, maka itu langsung dianggap ISIS.
Harusnya
polisi banyak belajar kepada ulama yang ikhlas, tapi jangan takut dicuci otak, lagipula
yang aneh di POLRI kita banyak ahli terorisme gak paham agama Islam, akhirnya
lihat kulit tanpa mengenal isi, berantakan jadinya.
Mungkin
juga ada ustadz yang pahamnya sedikit langsung bicara. Maka tugas negara bukan
mentersangkakan orang, tapi memfasilitasi perdebatan biar yang paham sedikit
jadi paham banyak, dan yang dangkal jadi mendalam. Begitu itu caranya!
Hal
ini juga harus menjadi pelajaran juga bagi para da’I, saat ingin melakukan
reflesksi dari nash dalil itu haruslah akurat, bukan sekedar comot dari
internet. Karena informasi salah dan bohong pun banyak tersebar. Akurasi data
bagi da’I adalah mutlak.
Makanya,
pemerintah seharusnya memfasilitasi dan mengatur pembelajaran yang massif
tentang agama. Bukan malah gelagapan ingin mengontrol setiap obrolan.
Selain
itu mustahil, itu bukan tugas negara dan bisa melanggar HAM. Hati-hatilah
melibatkan diri dalam hal yang pintu keluarnya tidak diketahui.
Orang
bicara apa saja boleh kok, termasuk LGBT dan Komunisme yang bertentangan dengan
pondasi negara.
Lha
kok kini ada orang bicara narasi akhir zaman saja tidak boleh.
Kadang,
negara kelihatan seperti sedang menyelesaikan masalah tapi sesungguhnya sedang membikin
masalah.
Wallahu
a’lam bish showaab
Tidak ada komentar: