Dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando
kembali membuat heboh dan geram publik. Pasalnya, baru-baru ini ia mengunggah
foto sejumlah ulama dengan memakai topi sinterklas dan hiasan natal. Tentu saja
foto tersebut adalah hasil editan alias hoax.
Nampak dalam foto yang diunggah sejumlah ulama dan
tokoh yang berjalan bersama, sebut saja Pembina GNPF Ulama; Habib Riziq Syihab,
Pimpinan AzZikra; KH. Arifin Ilham, Ustadz Abu Jibriel, KH. Al Khatath, dan
beberapa tokoh Betawi lainnya.
Hingga berita ini
diturunkan, Tim Berita RDS telah
menelurusi kebenaran postingan tersebut. Meski pada pukul 23.44 postingan tersebut
telah dihapus olehnya, jejak digitalnya masih tersimpan dengan baik.
Hal ini sudah
kelewat batas. Namun aparat dan pemerintah seolah diam saja. Bayangkan jika
kasusnya terbalik, misalnya saja ada yang mengedit foto Presiden untuk hoax dan
kebencian, belum ada sehari pemilik akun pasti sudah rata dengan tanah.
Pendukungnya juga akan mencak-mencak marah, mendorong untuk ditangkap dan
seterusnya.
Ini ulama yang
dihinakan dan menjadi objek becandaan, mengapa giliran hal ini seolah pada diam
membisu tak ada tindakan?
Ada apa dengan isu
hoax di negeri ini? Mengapa aparat diam saat sejumlah nama yang kerap menebar
hoax dan kebencian di media social hampir tak pernah tersentuh hukum?
Disaat yang sama,
Buni Yani, pengunggah video penistaan agama dengan narapidana Basuki atau
Ahok, justru divonis 1,5 tahun penjara.
Betulkah slogan
perangi hoax selama ini? Ataukah ia hanya menjadi alat untuk memukul kubu
sebelah yang tak seirama?
Diamnya pemerintah
atas produsen hoax semakin menunjukkan dukungan dan persetujuan atas tindakan
mereka.
Fikirkan saja,
berapa postingan yang sudah membuat marah orang dan mengadu domba, namun tak
pernah ada tindakan.
Apakah mereka ini
‘ditugaskan’?
Wallahu a’lam bish showwab
Tidak ada komentar: